Mandi Air Busuk Bisa Hilangkan Penyakit Kulit


Ketika mandi, semua orang menginginkan air yang bersih dan tidak bau untuk menghilangkan kuman yang melekat di kulit. Namun kejadian yang sati ini berbeda.

Di Desa Kaduara Timur, Kecamatan Pragaan, Sumenep, Jawa Timur, sebuah sumber mata air yang mengeluarkan bau busuk justru menjadi tempat pemandian yang banyak dikunjungi orang.
Pengunjung yang datang tak hanya dari Madura, tapi pun dari luar Jawa. Sumber mata air tersebut dikenal dengan sebutan somber bheceng (sumber busuk). Disebut busuk karena air yang keluar dari sumber tersebut busuk.  Tapi, meski berbau busuk, air yang dikeluarkan tetap bersih.
Dipercaya, air tersebut dapat menyembuhkan semua jenis penyakit kulit. Karena berdasarkan penelitian, air itu mengandung belerang.
Asep Zamzami (22), pengunjung asal Tasikmalaya, Jawa Barat, saat ditemui Kompas.com di lokasi pemandian, Senin (23/05/2011) menuturkan, ia datang bersama keluarganya untuk sekadar mandi menghilangkan penyakit bisul yang dideritanya tiga bulan terakhir.  "Ibu dan adik saya juga ikut mandi si tempat ini," ujarnya.
Pria yang berstatus siswa Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Jawa Barat ini mengenal sumber air ini dari salah satu kerabatnya di Sumenep. "Saudara saya itu sudah sembuh penyakitnya dan tak pernah kambuh lagi," tambahnya.
Siti Zainab (47) warga sekitar pemandian menjelaskan, untuk menghilangkan penyakit kulit, mandinya harus berendam sampai 2 jam. Apalagi untuk yang hanya sekali berkunjung ke lokasi pemandian tersebur.
"Biasanya kalau sudah berendam, penyakitnya terasa gatal. Saat itu digosok dan digaruk pakai tangan bagian kulit yang gatal," jelasnya. "Setelah beberapa menit kemudian, basuhlah dengan sabun mandi," sambungnya.
Di lokasi pemandian, terdapat pemandangan yang unik. Lokasinya dikelilingi dengan pohon bambu duri yang rimbun. Namun di ranting-ranting pohonnya, banyak pakaian yang tersangkut.
Menurut Siti Zainab, ada mitos yang berkembang di masyarakat bahwa setiap selesai mandi, semua pakaian yang dikenakan saat mandi harus dibuang. "Itu menandakan bahwa penyakitnya ditinggalkan di lokasi pemandian itu," ungkapnya.
Sumber mata air itu, menurut Muhammad Bakir (92) sesepuh desa setempat, muncul tanpa upaya penggalian. Kejadian itu berlangsung tanggal 5 Mei tahun 1962. "Saat meletus baunya busuk sekali sampai radius 2 kilometer," terangnya.
Beberapa waktu kemudian, sumber tersebut dibangun oleh pemerintah Sumenep untuk dijadikan tempat pemandian. Sayang, meski letaknya yang strategis di pinggir Jalan Raya Sumenep, namun kondisinya sudah memprihatinkan. Bangunan pemandiannya sudah banyak yang runtuh. Tebing-tebingnya sudah banyak yang longsor. Akses jalan ke lokasi pun kurang terawat.
Sumber: Kompas


Categories: